Building Bridges of Dream: How Stories Lift Young Minds at Primary GIS 3 Jogja

Building Bridges of Dream: How Stories Lift Young Minds at Primary GIS 3 Jogja (Dokuemntasi oleh Tim Humas GIS 3 Jogja)

Yogyakarta – Pagi itu, aula sekolah dipenuhi bisik-bisik penuh antusiasme dan keceriaan siswa saat Primary GIS 3 menggelar kegiatan story telling bertema “Building Bridges of Dream.” Acara yang berlangsung mulai pukul 07.00 hingga 10.00 WIB ini menghadirkan pendongeng dari Rumah Dongeng Mentari dan melibatkan seluruh para siswa dari Grade 1 sampai Grade 5 dalam suasana hangat, penuh imajinasi, dan interaksi.

Di Aula Basement, Mrs. Kiran dari Rumah Dongeng Mentari membawakan dua cerita untuk para siswa Grade 1–3 berjudul “Koala dan Kanguru Pohon” serta “Kura-Kura, Burung Gagak, dan Tikus.”

Koala dan Kanguru Pohon menghadirkan kisah dua makhluk yang berbeda kebiasaan tapi belajar saling menghargai dari tokoh koala yang tenang dan kanguru pohon yang lincah. Inti ceritanya menekankan pentingnya memahami perbedaan dan saling mendukung saat menghadapi tantangan.

Dalam kisah Kura-Kura, Burung Gagak, dan Tikus mengangkat dinamika kerja sama, kecerdikan, dan kejujuran. Lewat konflik kecil antar tokoh, cerita ini mengajarkan bahwa kecerdikan tanpa integritas dapat merugikan, sementara kerja sama yang jujur memberi solusi berkelanjutan.

Mrs. Kiran mengajak para siswa aktif berimajinasi dimulai dengan menutup mata sejenak untuk membayangkan hutan, menirukan suara hewan, lalu berbagi apa yang mereka rasakan, sebuah latihan sederhana yang melatih keterampilan mendengarkan dan ekspresi.

Mrs. Kiran dari Rumah Dongeng Mentari sedang mendongeng untuk siswa-siswi Primary GIS 3 Jogja
Mrs. Kiran dari Rumah Dongeng Mentari sedang mendongeng untuk siswa-siswi Primary GIS 3 Jogja

Siswa-siswi grade 4 dan grade 5 juga menyimak dongeng dari Rumah Dongeng Mentari di Aula Lantai 3. Mr. Roger mengajak para siswa grade 4 dan grade 5 mengikuti dua cerita yang bernuansa petualangan yakni “We’re Going to a Bear Hunt” dan “Leprechaun.”

We’re Going to a Bear Hunt memandu siswa melalui ritme dan repetisi narasi petualangan yang mengajarkan keberanian, ketahanan menghadapi rintangan, dan pentingnya kerja sama ketika menemukan hal yang menakutkan. Kekuatannya terletak pada unsur ritme yang membuat siswa mudah ikut dan berani berekspresi.

Sementara dari dongeng Leprechaun menyingkap folklore tentang makhluk kecil penuh tipu daya. Sebuah cerita yang membuka diskusi soal konsekuensi keserakahan, pentingnya kecerdasan emosional, dan penghormatan terhadap tradisi budaya lain.

Penuturan Mr. Roger mendorong para siswa tidak sekadar menjadi pendengar pasif, melainkan ikut memetakan emosi tokoh, menebak akhir cerita, dan merenungkan pesan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Antusiasme siswa-siswi Primary GIS 3 Jogja mendengarkan dongeng yang dituturkan oleh pendongeng (Dokumentasi oleh Tim Humas GIS 3 Jogja)
Antusiasme siswa-siswi Primary GIS 3 Jogja mendengarkan dongeng yang dituturkan oleh pendongeng (Dokumentasi oleh Tim Humas GIS 3 Jogja)

Sebelum acara ditutup, panitia menyerahkan souvenir sebagai tanda terima kasih kepada pendongeng dan kenang-kenangan bagi para siswa. Closing ditutup dengan undangan bagi para siswa untuk terus membaca, bercerita, dan berkreasi serta menjadikan cerita sebagai jembatan antara imajinasi dan tindakan nyata.

Mengasah Imajinasi, Melatih Mendengar, dan Berani Bercerita

Activities story telling semacam ini lebih dari hiburan. Kegiatan ini merupakan wahana latihan kolektif untuk meningkatkan kosakata, keterampilan mendengarkan aktif, empati, dan keberanian berbicara di depan publik.

Dengan tema “Building Bridges of Dream,” sekolah menegaskan bahwa dongeng berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan dunia batin anak, pengalaman sosial, dan nilai moral. Melalui kegiatan terstruktur (pembukaan musikal, sesi mendengarkan dengan fasilitasi, dan refleksi singkat), para siswa diajak melatih kemampuan naratif sekaligus memahami pesan yang terselip dalam setiap cerita.

Acara yang berjalan hangat dan interaktif ini menjadi pengingat bahwa membangun imajinasi bukan sekadar bermain, melainkan investasi pendidikan karena ia mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif, empati sosial, dan keberanian bercerita, sebuah bekal penting bagi perjalanan belajar para siswa ke depan. []

(Ditulis oleh Humas GIS 3 Jogja)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *